Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Disusun Oleh :
1. Andi Perdana Saputra
AKADEMI
KESEHATAN RUSTIDA
PROGRAM
STUDI D III KEPERAWATAN
KRIKILAN-GLENMORE
BANYUWANGI
2015
/2016
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih
lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya,
yang telah melimpahkan rahmat,dan hidayah -Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN
Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Krikilan, April 2016
Penyusun
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang
dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologi maupun
psikologis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan dasar manusia
antara lain: 1). Penyakit yaitu
keadaan sakit maka beberapa fungsi organ tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan
lebih besar dari biasanya.2). Hubungan
keluarga; Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan
kebutuhan dasar karena adanya saling percaya. 3). Konsep diri, terutama konsep diri yang positif memberikan makna dan
keutuhan bagi seseorang. Konsep diri yang sehat memberikan perasaan yang
positif terhadap diri. Orang yang merasa positif tentang dirinya akan mudah
berubah, mudah mengenali kebutuhan dan mengembangkan cara hidup yang sehat
sehingga lebih mudah memenuhi kebutuhan dasarnya. 4). Tahap Perkembangan; Setiap tahap perkembangan, manusia mempunyai
kebutuhan yang berbeda, baik kebutuhan biologis, psikologis, sosial, maupun
spiritual.
Ada beberapa ahli yang menyebutkan tentang kebutuhan dasar diantaranya menuru A. Maslow dan
Virginia Henderson. Menurut Maslow kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki
tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat
dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of
needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5
macam kebutuhan yaitu physiological
needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan
akan rasa aman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem
needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan
akan aktualisasi diri).
Virginia Henderson mengungkapkan
bahwa kesehatan berkaitan demgan kemampuan pasien untuk memenuhi 14 komponen
kebutuhan dasar hidup untuk memandirikan pasien. Adapun 14 komponen
kebutuhan dasar hidup tersebut meliputi :
1. Bernafas dengan normal
2. Makan dan minum cukup.
3. Pembuangan eliminassi tubuh.
4. Bergerak dan mempertahankan posisi
yang nyaman.
5. Tidur dan istirahat.
6. Memilih pakaian pantas, berpakaian
dan menanggalkan pakaian.
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam
kondisi normal dengan memodifikasi Lingkungan.
8. Menjaga kebersihan tubuh dan
memelihara kesehatan dan melindungi kulit
9. Menghindari bahaya dilingkungannya
dan menghindari cedera yang lain.
10. Komunikasi dengan orang lain dalam
pernyataan emosi, kebutuhan, ketakutan dan pendapat.
11. Beribadah menurut kepercayaan
seseorang.
12. Bekerja sedemikian rupa sehingga ada
rasa pemenuhan akan kebutuhan.
13. Kebutuhan bermain dan rekreasi
14. Belajar, menemukan atau mencukupi
keingintahuan akan pertumbuhan dan kesehatan yang normal dan dapat menggunakan
fasilitas kesehatan yang tersedia.
A. Rumusan masalah
1.
apakah definisi aman dan nyaman?
2.
Apa yang dimaksud kebutuhan memiliki dan dimiliki?
3.
Apa yang dimaksud kebutuhan aktualisasi diri?
B.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi aman dan nyaman
2. Untuk mengetahui kebutuhan memiliki dan dimiliki
3. Untuk mengetahui kebutuhan aktualisasi
C.
Manfaat
Agar dapat mengetahui definisi aman dan
nyaman,kebutuhan memiliki dan dimiliki,dan aktualisasi diri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep
Kebutuhan Aman dan Nyaman
1.
Definisi
Kolcaba
(1992, dalam Potter & Perry, 2006) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman
adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari),
kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu
yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang
mencakup empat aspek yaitu:
a. Fisik, berhubungan dengan sensasi
tubuh.
b. Sosial, berhubungan dengan hubungan
interpersonal, keluarga, dan sosial.
c. Psikospiritual, berhubungan dengan
kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri, seksualitas,
dan makna kehidupan).
d. Lingkungan, berhubungan dengan latar
belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi, temperatur, warna,
dan unsur alamiah lainnya.
Meningkatkan
kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah memberikan kekuatan, harapan,
hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan. Secara umum dalam aplikasinya
pemenuhan kebutuhan rasa nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa
nyeri, dan hipo/hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri dan
hipo/hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi perasaan tidak nyaman
pasien yang ditunjukan dengan timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
2.
Kebutuhan
Memiliki dan Dimiliki
Manusia
pada umumnya membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh keluarga mereka
dan diterima oleh teman sebaya dan masyarakat. Kebutuhan ini secara umum
menungkat setelah kebutuhan fisiologi dan keselamatan terpenuhi hanya pada saat
individu merasa selamat dan aman, mereka mempunyai waktu dan energi untuk
mencari cinta dan rasa memiliki serta untuk membagi cinta tersebut dengan orang
lain. Kebutuhan ini meliputi memberi dan
menerima kasih sayang, perasaan dimilki dan hubungan yang berarti dengan orang
lain, kehangatan, persahabatn, serta mendapat tempat atau diakui dalam cinta
tersebut dengan orang lain.
Kebutuhan
ini meliputi memberi dan menerima kasih sayang, perasaan yang dimiliki dan
hubungan yang berarti dengan orang lain, kehangatan, persahabatan, serta
mendapat atau diakui dalam keluarga, kelompok dan lingkungan sosialnya.
3. Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Aktualisasi
diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari
yang dia bisa. Maslow dalam (Arinato, 2009), menyatakan aktualisasi diri adalah
proses menjadi dri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis
yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan
oleh belajar khususnya dalam fase anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah
sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu
(adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis
ke psikologis (Arinato, 2009).
Aktualisasi diri dapat didefinisikan
sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat. Aktualisasi juga
memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin
bertambah besar maka “diri mulai berkembang”.
Menurut
konsep hierarki kebutuhan Abraham maslow, manusia didorong oleh kebutuhan universal
yang dibawa sejak lahir dan kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan
dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat
harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya.
a. Faktor-faktor
yang mempengaruhi aktualisasi diri
Orang yang mampu
mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan
lain tinggal (indwelling) didalam(internal) atau di luar (eksternal)
keberadaannya sendiri yangmengendalikan perilaku dan tindakannya untuk
melakukan sesuatu.
1) Internal
Faktor internal ini merupakan
bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi :
a)
Ketidaktahuan akan
potensi diri
b)
Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga
potensinya tidak dapat terus berkembang.Potensi
diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan.
Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita
mengetahui potensi yang ada dalam
diri kita kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji
(Fadlymun,2009).
b. Eksternal
Faktor eksternal merupakan hambatan
yang berasal dari luar diri
seseorang, seperti :
1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya
aktualisasi
potensi diri seseorang
karena perbedaan karakter. Pada
kenyataannya lingkungan
masyarakat tidak sepenuhnya
menuunjang upaya
aktualisasi diri warganya.
2) Faktor lingkungan
Lingkungan
masyarakatLingkungan masyarakat berpengaruh terhadap upaya mewujudkan
aktualisasi diri. Aktualisasi diri dapat dilakukan jika lingkungan
mengizinkannya. (Asmadi, 2008). Lingkungan merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi terhadap pembentukan dan perkembangan perilaku individu, baik
lingkungan fisik maupunlingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).
3) Pola asuh
Pengaruh keluarga dalam pembentukan
aktualisasi diri anak
sangatlah besar artinya. Banyak
faktor dalam keluarga yang ikut
berpengaruh dalam proses
perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan
penting dalam
pengaktualisasian diri adalah
praktik pengasuhan anak (Brown,
1961)
Aktualisasi diri merupakan
kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai
tekanan, baik yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Kemampuan
seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal dalam
pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai
kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri
tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh terdapatnya dua kekuatan yang
saling tarik-menarik dan akan selalu pengaruh-mempengaruhi di dalam diri
manusia itu sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia.
4. Klasifikasi Kebutuhan Keselamatan atau
Keamanan
a.
Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan
keadaan mengurangi atau mengelurkan ancaman pada tubuh atau kehidupan. Ancaman
tersebut mungkin penyakit, kecelakaan,bahaya,atau pemajanan pada lingkungan.
Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi seperti
infiksi, olehkarena itu bergantung padaprofesional dalam sistempelayann
kesehatan untuk perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang
mengambil prioritas lebih dahulu di atas pemenuhankebutuhan fisiologis..
Misalnya,seorang perawat mungkin perlu melindungiklien disointasi dari
kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi. (Potter&Perry, 2005).
b. Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi,
seorang manusia harus memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk
anggota keluarga dan profesionl pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus
mengethuai apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru, dan hal-hal
yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman
keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal.
(Potter&Perry,2005).
Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi kebutuhan
keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan dari
profsional pemberi perawatan kesehatan.Bagaimanapun,orang yang sakit atau acat
lebih renta untukterncam kesejahteraan fisik dan emosinya,sehingga
intervensi yang dilakukan perawat
adalah untuk membantu melindungi mereka dari bahaya. (Potter&Perry, 2005).
5. Lingkup Kebutuhan Keamanan atau keselamatan
Lingkungan
Klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial yang mempengaruhi atau
berakibat terhadap kehidupan dan kelangsungan hidup klien. (Potter&Perry,2005).
a. Kebutuhan
Fisiologis
Kebutuhan fisiologis yang terdiri
dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum, nutrisi, dan suhu
yang optimum akan mempengauhi kemampuan seseorang.
b. Oksigen
Bahaya umum yang ditemukan
dirumah adalah sistem pemanasan yang tidak berfungsi dengan baik dan pembakaran
yang tidak mempunyai sistem pembuangan akan menyebabkan penumpukan
karbondioksida.
c. Kelembaban
Kelembaban
akan mempengaruhi kesehatan dan keamanan klien, jika kelembaban relatifnya
tinggi maka kelembaban kulit akan terevaporasi dengan lambat
d. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau
disiapkan dengan tepat atau benda yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang
tidak bersih akan meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.
6. Gangguan Rasa Nyaman
akibat Nyeri
a. Pengertian Nyeri
Nyeri
adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Smatzler & Bare, 2002).
Nyeri
adalah suatu sensori subyektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan IASP (dalam Potter
& Perry, 2006).
Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang
nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa
nyeri (Mc Caffery dalam Potter & Perry, 2006).
b.
Klasifikasi Nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan menjadi nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi
setelah cedera akut, penyakit atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang
cepat, dengan intensitas yang bervariasi ( ringan sampai berat) dan berlangsung
singkat ( kurang dari enam bulan dan menghilang dengan atau tanpa pengobatan
setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap
sepanjang suatu periode waktu. Nyeri yang
disebabkan oleh adanya kausa keganasan seperti kanker yang tidak
terkontrol atau non keganasan. Nyeri kronik berlangsung lama (lebih dari enam
bulan ) dan akan berlanjut walaupun pasien diberi pengobatan atau penyakit
tampak sembuh. Karakteristik nyeri kronis adalah area nyeri tidak mudah
diidentifikasi, intensitas nyeri sukar untuk diturunkan, rasa nyeri biasanya
meningkat, sifat nyeri kurang jelas, dan kemungkinan kecil untuk sembuh atau
hilang. Nyeri kronis non maligna biasanya dikaitkan dengan nyeri akibat
kerusakan jaringan yang non progresif atau telah mengalami penyembuhan.
c. Fisiologi Nyeri
Menurut
Potter & Perry (2006), terdapat tiga komponen fisiologis dalam nyeri yaitu
resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls
melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan
menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam masa
berwarna abu-abu di medula spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi
dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai
otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral, maka otak
menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersiapkan
nyeri.
1)
Resepsi
Pemaparan
terhadap panas atau dingin, tekanan, friksi dan zat-zat kimia menyebabkan
pelepasan substansi, seperti histamin, bradikinin dan kalium, yang bergabung
dengan lokasi reseptor di nosiseptor (reseptor yang berespon terhadap stimulus
yang membahayakan) untuk memulai transmisi neural, yang dikaitkan dengan nyeri.
Beberapa reseptor hanya berespon pada satu jenis nyeri, sedangkan reseptor yang
lain juga sensitif terhadap temperatur dan tekanan. Apabila kombinasi dengan
reseptor nyeri mencapai ambang nyeri (tingkat intensitas stimulus minimum yang
dibutuhkan untuk membangkitkan suatu impuls saraf), kemudian terjadilah
aktivasi neuron nyeri. Karena terdapat variasi dalam bentuk dan ukuran tubuh,
maka distribusi reseptor nyeri disetiap bagian tubuh bervariasi.
Impuls
saraf, yang dihasilkan oleh stimulus nyeri, menyebar disepanjang serabut saraf
perifer aferen. Dua tipe serabut saraf perifer mengkonduksi stimulus nyeri:
Serabut A-Delta yang bermielinasi dengan cepat dan serabut C yang tidak
bermielinasi dan berukuran sangat kecil serta lambat. Serabut A mengirim
sensasi tajam, terlokalisasi, dan jelas yang melokalisasi sumber nyeri dan
mendeteksi intensitas nyeri. Serabut C menghantarkan impuls yang terlokalisasi
buruk, viseral, dan terus menerus.
Ketika
serabut C dan A-delta mentransmisikan impuls dari serabut saraf perifer, maka
akan melepaskan mediator biokimia yang mengaktifkan dan membuat peka respons
nyeri. Misalnya, kalium, prostaglandin dilepaskan ketika sel-sel lokal
mengalami kerusakan. Transmisi stimulus nyeri berlanjut sampai transmisi tersebut
berakhir dibagian kornu dorsalis medula spinalis. Di dalam kornu dorsalis,
neurotransmiter, seperti substansi P dilepaskan, sehingga menyebabkan suatu
transmisi spinalis dari saraf perifer ke saraf traktus spinotalamus. Hal ini
memungkinkan impuls nyeri ditransmisikan lebih jauh ke dalam sisitem saraf
pusat.
2) Neuroregulator
Neuroregulator
memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman nyeri. Sustansi ini
ditemukan di lokasi nosiseptor. Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok,
yakni neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter seperti substansi P
mengirim impuls listrik melewati celah sinap diantara dua serabut saraf (eksitator dan inhibitor). Neuromodulator
memodifikasi aktivitas neuron dan menyesuaikan atau memvariasikan transmisi stimulus
nyeri tanpa secara langsung menstransfer tanda saraf melalui sebuah sinap.
Endorfin merupakan salah satu contoh neuromodulator.
7. Asuhan keperawatan
A.
pengkajian
1.
faktor – faktor yang berhubungan dengan
system sensori komuniksi
pasien seperti adanya
perubahan perilaku perilaku pasien
karena gangguan sensori komunikasi:
a.
halusinasi
b.
gangguan proses piker
c.
kelesuan
d.
ilusi
e.
kebosanan dan tidak
bergairah
f.
perasaan terasing
g.
kurangnya konsentrasi
h.
kurangnya koordinasi
dan keimbangan .
2. faktor resiko yang berhubungan dengan keadaan
klien:
a.
kesadaran menurun
b.
kelemahan fisik
c.
imobilisasi
d.
pengunaan alat bantu
B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1.
Resiko injuri
Definisi:
kondisi dimana pasien berisiko mengalami injuri akibat hubungannya dengan kondisi
lingkungan, adaptasi, dan sumber-sumber yang mengancam.
kemungkinan
berhubungan dengan:
a.
kurangnya informasi
tentang keamanan;
b.
kelemahan;
c.
gangguan kesadaran;
d.
kurangnya koordinasi
otot;
e.
epilepsy;
f.
episode kejang;
g.
vertigo;
h.
gangguan persepsi;
Kemungkinan data
yang ditemukan:
a.
perlukaan dan injuri
Kondisi klinis kemungkinan terjadi
pada:
a. AIDS:
b. demensia;
c. pengobatan barbiturate,
halosinogen, dan benzodiazepine;
d. epilepsy;
e. penyakit pendarahan.
Tujuan yang diharapkan:
a. Injuri tidak terjadi.
2. Perubahan proteksi
Definisi: kondisi dimana pasien
mengalami penurunan kemampuan untuk melindungi dirinya dan penyakit, baik dari
luarmaupun dari dalam tubuh.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. deficit
imunologi;
b. malnutrisi;
c. kemotrapi
atau efek pengobatan
d. penglihatan
yang kurang;
e. kurang
informasi tentang keselamatan.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. riwayat kecelakaan;
b. lingkungan yang berisiko;
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a. usia: kematangan, sangat tua;
b. nutrisi kurang;
c, gangguan darah;
d. pembedahan
e. radiasi atau kemotrapi;
f. penyakit imunitas;
g. AIDS.
Tujuan yang diharapkan
pasien tidak mengalami
infeksi nosokomial.
3. Risiko tinggi infeksi
Definisi: kondisi dimana pasien
mempunyai risiko yang tinggi terhadap masuknya virus penyakit.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a.
tidak adekuatnya
pertahanan primer;
b.
kerusakan jaringan;
c.
terpaparnya lingkungan
yang terkontaminasi penyakit;
d.
prosedur invasive;
e.
malnutrusi;
f.
penyakit kronis.
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. kondisi
kulit;
b. nilai
laboratorium;
c. pemakaian
alat-alat invasive.
Kondisi klinis kemungkinan terjadi
pada:
a. AIDS;
b. inferksi
bakteri dan virus;
c. kondisi
setelah operasi.
Tujuan yang diharapkan
a. Pasien
dapat menunjukkan penurunan infeksi.
b. tidak
ada tanda-tanda infeksi
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kenyamanan/rasa
nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu
kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan
tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri).klasifikasi kebutuhan aman
nyaman ada dua yaitu keselamatan fisik dan keselamatan psikologis.terdapat
beberapan faktor yang mempengaruhi kebutuhan aman dan nyaman. jika kebutuhan
tersebut belum terpenuhi, maka akan mengalami gangguan.
B. Saran
Bagi penulis:
sebaiknya
seorang perawat harus dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
gangguan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan menggunakan standart operasional
prosedur.
Bagi
pembaca:
sebaiknya
lebih memahami dan menerapkan konsep kebutuhan rasa aman dan nyaman dalam
kehidupan sehari-hari
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi.2005.Konsep dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Potter&Perry. 2005. Buku Ajar
Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, danPraktik, Vol.1,E/4.Jakarta :
EGC
Taarwoto dan Wartonah.2010.Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. EGC : Jakarta